Thursday, February 29, 2024

Pantun Bahasa Indonesia: Beras Mahal

Ilustrasi: www.detik.com

Tukang batu mencari palu.
Palu hilang di atas aspal.
Pemilu kini sudah berlalu
Dan beras semakin mahal.

Penulis: Yohanes Manhitu
Yogyakarta, 27 Feb. 2024

Pantun Malayu Kupang: Mental Karupuk

Foto jagong: eos.com

Jagong lama su kaná fufuk.
Sonde masak, katóng pi buang.
Kalo idop mental karupuk,
Nanti sonde dapa peluang.

Panulis: Yohanes Manhitu
Noemuti, 28 Sept. 2019

Tuesday, February 6, 2024

Buku-Buku Kumpulan Puisi Saya yang Sudah Terbit

 





Selain sejumlah puisi asli dan terjemahan saya yang terbit dalam antologi dan media lain di sejumlah negara (Amerika Serikat, Spanyol, Portugal dll.), berikut ini adalah buku-buku kumpulan puisi saya yang telah terbit dalam bahasa Indonesia, Dawan/Uab Metô, Tetun Nasional/Resmi (Timor-Leste), Inggris, Prancis, dan Esperanto, baik di dalam maupun di luar negeri (nama buku diurutkan dari terbitan terbaru).
  1. Lirik Santalum, kumpulan puisi Dawan dan Tetun Resmi (Timor-Leste) dengan terjemahan Indonesia oleh penulis sendiri (Yogyakarta: Diandra Kreatif, 17 Mei 2019);
  2. A Walk at Night‒Une promenade de nuit, kumpulan puisi asli dalam bahasa Inggris (65 puisi) dan bahasa Prancis (45 puisi) (Antwerpen, Belgia: Eldonejo Libera, 2017);
  3. Feotnai Mapules‒Princino Laŭdata, kumpulan 100 puisi Dawan-Esperanto (Antwerpen: Eldonejo Libera, 2016);
  4. Sub la Vasta Ĉielo, antologi puisi asli dalam bahasa Esperanto (Candelo, Australia: Mondeto, 2010); dan
  5. Nenomatne Nbolen (Matahari Telah Terbit), antologi puisi asli berbahasa Dawan (Yogyakarta: Genta Press, 2009).
Semoga daftar karya ini bertambah panjang dan karya-karya yang terbit bermanfaat seluas-luasnya. Salam basastra! 

-------------------------------------------------------------

Foto-foto sampul buku: Dokumentasi penulis sendiri

Saturday, February 3, 2024

Pantun Malayu Kupang: Tau Etika

Ilustrasi: sake-talk.com

Orang Jepang tu minum sake.
Dong di Rusia pi talán vodka.
Biar-ko ilmu orang mau pake,
Jang parná lupa ko tau etika.

Panulis: Yohanes Manhitu
Yogyakarta, 2006‒2011

Pantun Malayu Kupang: Yang Ada Bakat

Foto: www.sesawi.net

Cari ikan, dong pake pukat.
Makan ikan deng sate kancil.
Dukung orang yang ada bakat,
Yang karjá bagus ko ada hasil.

Panulis: Yohanes Manhitu
Noemuti, 30 Sept. 2019

Wednesday, January 31, 2024

Buku-Buku Saya yang Sudah Terbit di Mancanegara








Sekadar info: Selain sejumlah karya asli dan terjemahan saya yang terbit dalam antologi dan media lain di sejumlah negara (Amerika Serikat, Spanyol, Portugal dll.), berikut adalah buku-buku saya yang telah terbit di luar negeri (nama negara tercantum) dalam bahasa Inggris, Prancis, dan Esperanto (diurutkan dari terbitan terbaru).
  1. Indonezia-Esperanta Proverbaro, kumpulan 1000 peribahasa Indonesia-Esperanto (Antwerpen, Belgia: Eldonejo Libera, 2022);
  2. Multlingva Frazlibro (reviziita kaj pligrandigita eldono), buku percakapan tematik dalam 10 bahasa: Esperanto, Indonesia, Dawan, Tetun Resmi (Timor-Leste), Melayu Kupang, Inggris, Prancis, Spanyol, Portugis, dan Italia (Antwerpen, Belgia: Eldonejo Libera, 2021);
  3. A Walk at Night‒Une promenade de nuit, kumpulan puisi asli (bukan terjemahan) dalam bahasa Inggris (65 puisi) dan bahasa Prancis (45 puisi) (Antwerpen, Belgia: Eldonejo Libera, 2017);
  4. Feotnai Mapules‒Princino Laŭdata, kumpulan 100 puisi Dawan-Esperanto (Antwerpen, Belgia: Eldonejo Libera, 2016);
  5. Tetum, A Language For Everyone‒Tetun, Lian Ida Ba Ema Hotu-Hotu, buku pelajaran bahasa Tetun Resmi Timor-Leste lengkap untuk penutur bahasa Inggris (New York, Amerika Serikat: Mondial, 2016; Nomor kontrol/koleksi di Perpustakaan Kongres Amerika Serikat [The Library of Congress] di Washington, D.C.: 2016940532);
  6. Sub la Vasta Ĉielo, antologi puisi asli (bukan terjemahan) dalam bahasa Esperanto (Candelo, Australia: Mondeto, 2010); dan
  7. Multlingva Frazlibro, buku percakapan tematik dalam 9 bahasa: Esperanto, Indonesia, Dawan, Tetun Resmi, Melayu Kupang, Inggris, Prancis, Spanyol, dan Portugis (Rotterdam, Belanda: Oceania Komisiono de Universala Esperanto-Asocio [UEA]*, 2009).
Semoga daftar karya ini bertambah panjang dan karya-karya yang terbit bermanfaat seluas-luasnya. Salam basastra! 🙏
------------------------------------------------------
*) Perhimpunan Esperanto Sejagat, didirikan pada tahun 1908 di Rotterdam, Negeri Belanda, dan berafiliasi dengan PBB

Pantun Bahasa Indonesia: Janganlah Golput

Ilustrasi: steemit.com

Bocah jalanan berwajah pilu,
Rasa lapar ia tak luput.
Sebentar lagi ada pemilu.
Walau sangsi, janganlah golput.

Penulis: Yohanes Manhitu
Yogyakarta, 11 Juli 2008

Cendekiawan Ignas Kleden Tutup Usia

Foto: nusantaratv.com

Turut berdukacita atas meninggalnya Bapak Ignas Kleden. Terima kasih banyak atas jasa Bapak bagi sesama manusia dan bangsa Indonesia. Sang Khalik memberikan istirahat dan damai surgawi. --------------------------------------------------------------

Dr. Ignas Kleden, M.A. (19 Mei 1948–22 Januari 2024) adalah sastrawan, sosiolog, cendekiawan, dan kritikus sastra berkebangsaan Indonesia. Beliau berasal dari Waibalun, Larantuka, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. (Sumber informasi: https://id.wikipedia.org/wiki/Ignas_Kleden)

Catatan: Postingan ini telah dimuat di Facebook pada tanggal 22 Januari 2024

Pantun Bahasa Indonesia: Usaha Nyata

Foto: www.kapanlagi.com

Rumah baru, atapnya asbes.
Berlekuk-lekuk, tidaklah rata.
Orang tak akan jadi sukses
Jikalau tiada usaha nyata.

Penulis: Yohanes Manhitu
Ungaran, 25 Januari 2023

Kepergian Tiga Orang Tokoh yang Berjasa





Beristirahatlah dalam damai! Dalam bulan Januari ini, tiga orang tokoh berikut ini (tercantum menurut urutan tanggal kewafatan), yang telah berkarya secara nyata bagi bangsa tercinta ini di bidang mereka masing-masing, telah mendahului kita ke "alam seberang".

1. Mgr. Anton Pain Ratu, S.V.D. (2 Januari 1929–6 Januari 2024), Uskup Emeritus Keuskupan Atambua, Timor Barat (NTT), Indonesia
2. Prof. Dr. K. H. Abdul Syakur Yasin, MA (2 Februari 1948–17 Januari 2024), akrab dikenal sebagai Buya Syakur, seorang ulama Islam terkemuka dari Indonesia, berasal dari Indramayu, Jawa Barat
3. P. Karl Edmund Prier, S.J. (18 September 1937–21 Januari 2024), seorang pastor Katolik ordo Serikat Yesus di Indonesia, musikus kawakan dan pendiri Pusat Musik Liturgi di Yogyakarta (sejak 1971).

Sang Khalik memberikan istirahat dan damai surgawi kepada mereka.

Foto ketiga orang tokoh ini: Diambil dari berbagai sumber siber
----------------------------------------------------------

Catatan: Postingan ini telah dimuat di Facebook pada tanggal 21 Januari 2024

DISKUSI SASTRA BULANAN TISI, 20 JANUARI 2024


Heru Marwata (STB HM)'s Zoom Meeting: DISKUSI SASTRA BULANAN TISI
Sabtu, 20 Januari 2024 pukul 19.00–21:30 WIB

Take meeting notes
Start a new document to capture notes

https://ugm-id.zoom.us/j/95807617748?pwd=blg2R3ByTHN1L2srak4rSGpyZDEwUT09
Heru Marwata (STB HM) is inviting you to a scheduled Zoom meeting.

DISKUSI SASTRA BULANAN TISI (Taman Inspirasi Sastra Indonesia)

Tema: Perkembangan Sastra NTT Hari Ini Setelah Gerson Poyk & Umbu Landu Paranggi

Pembicara 1: Dr. Marselus Robot, M.Si. (Penulis dan Dosen Universitas Nusa Cendana Kupang)

Pembicara 2: Mezra E. Pellondou, S.Pd., M.Hum. (Penulis dan Guru SMA N 1 Kupang)

Moderator: Robertus Fahik, S.Fil., M.Si. (Pegiat Sastra YASPENSI & Pemimpin Redaksi SekolahTimur.com)

Host: Heru Marwata dan Viefa

Join Zoom Meeting
https://ugm-id.zoom.us/j/95807617748?pwd=blg2R3ByTHN1L2srak4rSGpyZDEwUT09

Meeting ID: 958 0761 7748
Passcode: 219930

Istória-badak 05: Feto-Klosan hosi Japaun no Ehas Ulun-Toos

Retratu: Yohanes Manhitu (Yogyakarta, 29 Novembru 2018)

 Y sentí que la muerte era una flecha

que no se sabe quién dispara

y en un abrir los ojos nos morimos.

(Octavio Paz, “EL PÁJARO”)[i]

HA’U-NIA belun-feto ida hela iha uma-alugér foun ida-ne’ebé besik ho keraton (kadunan sultaun nian) iha Yogyakarta. Ha’u ho belun sira sempre bolu nia Mbak[ii] Mira. Nia feto javanés ida-ne’ebé soi esperiénsia barak no relasaun sosiál ne’ebé luan. Nia mós hakerek-na’in ida. Mbak Mira ne’e soi biin ida-ne’ebé hela kleur ona iha Tókiu, rai-Japaun, no serbisu iha-ne’ebá nu’udar dosente lia-indonézia iha universidade japonés ida. Dala ruma, ninia biin iha Tókiu ne’ebá haruka estudante japonés sira ba Yogyakarta no hela iha Mbak Mira nia uma-alugér ne’e. Dala ida, Mbak Mira husu ha’u atu hanorin lia-indonézia ba feto-klosan japonés na’in-tolu. Ha’u haluha tiha ona sira-nia naran. Tanba la hatene lia-japonés, ha’u hanorin lia-indonézia ba sira liuhosi lia-inglés. Ha’u hanorin sira hosi baze kedas, hosi buat simples be sira presiza hatene. Estudante sira-ne’e modun-di’ak no badinas tebes. Sira hatene respeita ema seluk, liuliu manorik. Nu’udar manorik privadu, ha’u kontente tanba sira-nia hahalok di’ak. Bainhira kursu privadu ne’e ramata no molok sira fila fali ba sira-nia rain, sira fó ha’u prezente oioin nu’udar tadak agradesimentu nian.

Dala seluk fali, feto japonés ida mai iha Yogyakarta no hela ho Mbak Mira iha uma-alugér ne’e, hanesan baibain. Feto ida-ne’e la’ós estudante ativu hanesan sira-ne’ebé mai uluk no agora fila fali ona ba rai-Japaun. Nia naran Atsuko, no tuir lisan japonés, ami bolu nia Atsuko-san. Nia ladún hanesan ho feto japonés sira seluk. Se haree liu de’it, ema bele hanoin katak nia malae-mean hosi Mongólia. Dala ida, nia hirus uitoan tanba ha’u dehan katak nia mai hosi Mongólia. Ha’u la sai ninia manorik lia-indonézia tanba nia foti daudaun kursu iha Universidade Gadjah Mada. Entaun, ha’u ho belun lubuk ida sai ninia parseiru hodi pratika ko’alia bahasa Indonesia. Nia badinas estuda no pratika dalen. Ne’e-duni, lakleur nia bele ona ko’alia uitoan. Nia mós badinas bá akompaña atividade oioin iha sidade laran. Bainhira iha atividade kulturál ruma, nia bá haree, hamutuk ho Mbak Mira ka ho ninia belun sira seluk. Ho dalan ida-ne’e, nia bele lailais dale lia-indonézia no koñese mós kultura balun rai-Indonézia nian. Ne’e mak baibain ema bolu “bainhira luku hela, hemu mós bee”. Ho lia-indonézia, ema dehan sambil menyelam, minum air.    

Iha momentu ne’ebá, ha’u hela iha kos-fatin (tempat kos) ida-ne’ebé kuaze kilómetru ida hosi Mbak Mira nia hela-fatin. Ha’u hili fatin ida-ne’e tanba nia besik ho kursu komputadór nia fatin. Loron ida, maizumenus tuku sanulu dadeer, Mbak Dewi, kos-na’in nia oan-feto foin-sa’e, mai bolu ha’u iha ha’u-nia kuartu oin. Porakazu, ha’u-nia kuartu ne’e metru hirak de’it hosi sira-nia uma. Iha loron ne’ebá, feriadu hela, entaun ha’u la ba tuir kursu hanesan baibain.

“Maun Rudy, iha telefone hosi Maun nia belun,” Mbak Dewi hateten (ho lia-indonézia).

“Obrigadu, Mbak! Deskulpa, belun be telefona ha’u ne’e feto ka mane? Ohin nia temi ninia naran ka lae?” ha’u fó-agradese no mós husu hodi ke’e informasaun liután.

“Nia feto, Maun. Nia la hateten ninia naran, maibé ninia lian hanesan ema ida be ta’uk hela no presiza tulun lailais. Di’ak liu Maun bá ko’alia kedas ho nia. Ohin ha’u la taka telefone,” Mbak Dewi fó-hatene ho lian moos. Ha’u ho belun sira-ne’ebé hela iha kos-fatin ne’e sempre uza telefone iha kos-na’in nia uma ne’e. Iha tempu ne’ebá, seidauk iha telemóvel hanesan agora.

Rona tiha ida-ne’e, ha’u la’o lailais de’it ba kos-na’in nia uma atu hatán telefone.

“Olá! Deskulpa, ne’e ha’u ko’alia ho sé?” ha’u ko’alia ho lian moos no neineik loos.

“Rudy-san, Rudy-san! Ne’e ha’u mak ko’alia. Ha’u Atsuko, iha Mbak Mira nia uma.”

“Atsuko-san? Di’ak. Ha’u hatene. Ita-Boot presiza saida? Favór ida hateten ha’u.”

“Rudy-san, Rudy-san! Favór ida mai lailais, mai lailais! Agora ha’u presiza tulun.”

“Di’ak! Keta book an! Nonook de’it iha-ne’ebá! Lakleur ha’u sei to’o uma.”

Depoizde ko’alia, ha’u lailais bá foti ha’u-nia bisikleta Federal no, ho velosidade aas hanesan ema ida be tuir hela halai-taru profisionál, ha’u haka’as an atubele lailais to’o Mbak Mira nia uma-alugér. Sorte, iha momentu ne’ebá, estrada ladún rame. Nia só rame tebes durante feriadu Idulfitri. Ne’e-duni, karik la to’o minutu tolunulu, ha’u bele to’o uma-alugér ida-ne’e. Husik tiha bisikleta iha uma sorin, ha’u lailais de’it tama ba uma ne’e atu haree saida loloos be akontese daudaun. Iha uma laran, ha’u haree feto japonés ne’e hamriik iha kadeira leten no kaer metin ai-saar ijuk ida. Nia husik ninia fuuk hanesan ema bulak ida iha estrada. Karik, depoizde telefona ha’u, mak nia halai sa’e ba kadeira leten. Hosi kadeira leten ne’e, mak nia fihir metin ehas (barata) ida-ne’ebé mantein ninia pozisaun iha soallu leten. Ehas ne’e book an beibeik, maibé la halai.

“Olá, Atsuko-san! Saida mak akontese iha-ne’e?” ha’u hakfudik la hatene situasaun.

“Buat ida-ne’e! Buat ida-ne’e, Rudy-san!” nia hatudu ba ehas ne’e ho ai-saar rohan.    

Tuir loloos, situasaun ne’e la hanesan ho buat ne’ebé ha’u imajina antes. Ha’u-nia imajinasaun mak fuik uitoan. Ha’u hanoin tiha kala ema laran-aat ruma tama iha uma atu book feto japonés ida-ne’e, tanba nia mesamesak. Ehas ulun-toos ida-ne’ebé book an hela iha soallu leten mak hamosu emerjénsia ida-ne’e. Iha Atsuko-san nia oin kedas, ha’u hi’it ehas ne’e ho liman mamuk no bá soe nia iha li’ur. Atsuko-san la fiar katak ha’u bele halo buat ida-ne’e. Ninia matan nakloke luan no nabilan loos. Nia só hakilar maka’as, dehan, “Rudy-san, kuidadu! Kuidadu! Kriatura ne’e perigu boot!” Ha’u la’o sai, la tau matan ba nia. Ha’u só hakarak halakon lailais perigu ida-ne’e no fila fali ba ha’u-nia kos-fatin. Agora misaun salva moris ramata tiha ona!  

Tama filafali ba uma ne’e, ha’u haree Atsuko-san sei hamriik nafatin iha kadeira leten ho ninia “kilat”, hanesan antes. Ne’e-duni, ha’u husu nia atu tuun ona hosi kadeira leten tanba ehas ulun-toos ne’e la iha ona. Ha’u soe tiha ona nia iha li’ur, dook hosi uma. Ha’u haruka Atsuko-san atu hemu bee. Depois, ha’u akompaña nia minutu hirak to’o nia fila fali ba estadu normál. Ha’u sujere atu nia taka metin odamatan kotuk tanba ehas ka insetu ruma bele tama liuhosi odamatan ne’e. Nia fó-agradese barak tanba ha’u-nia prezensa no tulun. Ikusmai, nia fó-hatene Mbak Mira no belun sira katak ha’u ne’e salvadór no aten-barani. Rona ida-ne’e, loloos, ha’u hakarak nega no hamnasa maka’as. Maibé, ha’u hiri-ibun de’it atu la hakanek ninia sentimentu, liuliu tanba nia feto raiseluk ho kultura oin-ketak. Iha realidade, ema balun sai salvadór no eroi ba ema wa’in tanba sira bele luta hasoru dragaun ida-ne’ebé hamrook raan, enkuantu ha’u sai salvadór no eroi ba feto-klosan japonés ida tanba ha’u bele hi’it ehas ulun-toos ida ho liman mamuk no bá soe iha li’ur. Maibé, importante liuhotu mak ita bele fó-tulun ema seluk bainhira nia presiza daudaun ita-nia tulun. La sala mós se ita hakarak babera tulun-na’in ruma nu’udar salvadór no eroi. 

Ungaran, Java Sentrál, Indonézia, Janeiru 2024

[i] Ha’u sente tiha katak mate ne’e rama-isin // ne’ebé ita la hatene se mak tiru // no ho bebar-matan dala ida, ita lakon-moris. (Hosi poezia “EL PÁJARO” [MANU-FUIK] ne’ebé Octavio Paz (1914–1998) hakerek ho lia-españól; ema bele lee iha poemario.com/el-pajaro). Octavio Paz ne’e poeta, autór no profesór mexikanu ne’ebé manán naran. Nia mak simu Prémiu Nobel Literatura nian iha tinan 1990, no sai ema mexikanu uluk liuhotu ne’ebé simu prémiu mundiál naran-boot ida-ne’e.

[ii] Mbak ne’e ita uza atu bolu feto ida-ne’ebé otas boot liu ka feto-klosan ida.

Thursday, December 28, 2023

Tulisan Tentang Saya dan Oleh Saya di Situs Web "Tatoli" (Kantor Berita Timor-Leste)

Foto logo: https://id.tatoli.tl

Sejauh ini, sudah ada tiga buah tulisan tentang saya dan oleh saya yang terbit di situs web "Tatoli" (Kantor Berita Timor-Leste). Judul, keterangan, dan tautan tulisan-tulisan dalam bahasa Tetun Resmi/Nasional itu adalah sebagai berikut:

  1. Yohanes Manhitu: “Poezia Bolu Ha'u Nafatin” (Hasil wawancara jarak jauh wartawan "Tatoli" dengan saya dalam rangka peringatan Hari Puisi Sedunia, tanggal 21 Maret 2021): https://tatoli.tl/2021/03/21/yohanes-manhitu-poezia-bolu-hau-nafatin
  2. Poezia instrumentu espresa sentimentu ho liberdade (Tulisan wartawan "Tatoli" tentang saya dan puisi dalam rangka peringatan Hari Puisi Sedunia, tanggal 21 Maret 2021): https://tatoli.tl/2021/03/21/poezia-instrumentu-espresa-sentimentu-ho-liberdade
  3. Belun Fransés no Na'an-Samea (Sebuah cerpen [cerpen keempat] saya dalam bahasa Tetun Resmi): https://tatoli.tl/2023/12/16/belun-franses-no-naan-samea. Cerpen-cerpen sebelumnya terbit dalam "Jornál Semanál MATADALAN", mingguan lama di Timor-Leste.
Semoga tulisan-tulisan lain segera menyusul. Salam sastra!

Penggunaan Kata "Konfirmasi" dan Turunannya

Ilustrasi: https://www.cisco.com

Penggunaan kata "konfirmasi" sering kali tidak tepat dan tak logis. Setelah seseorang mengeluarkan sebuah pernyataan atau memberikan suatu informasi, orang tersebutlah yang perlu/harus mengonfirmasikan (menegaskan) apa yang telah dikatakannya, bukan orang lain. Tentu saja bukan lawan bicaranya yang melakukan itu. Jadi, akan terasa ganjil kalau seorang pembaca koran (boleh jadi seorang pejabat publik di kantor) mengatakan begini: "Tunggu ya, saya masih mengonfirmasikan berita ini kepada wartawan yang menulis berita." Dalam hal ini, yang tepat adalah "minta konfirmasi" (kepada si wartawan), bukan "mengonfirmasikan" (berita itu).